Minggu, 24 April 2011

KECERDASAN ANAK


Orang sering berpikir bahwa anak yang cerdas adalah anak yang pintar dalam ilmu-ilmu exact, seperti Matematika dan IPA. Sementara orang yang berprestasi di bidang seni, seperti pelukis dan penyair, misalnya sering masih dipandang sebelah mata. Pada kenyataannya, kita tidak dapat mengingkari bahwa banyak orang sukses di dunia ini yang tidak berhasil secara akademis.
Juara dunia golf, Tiger Woods, misalnya, dia dianggap tidak berhasil di sekolah. Atau juragan perangkap lunak Microsoft, Bill Gates, adalah mahasiswa yang memutuskan keluar dari Harvard. Namun, mereka berhasil membuktikan diri menjadi orang yang sukses.
Nah, untuk mengembangkan berbagai potensi kecerdasan anak, sebaiknya kita intip apa yang dkembangkan oleh Dr. Howard Garaner. Dia seorang peneliti dari Harvard yang telah mengembangkan konsep Multiple Intelligences/Kecerdasan Majemuk yang mengajukan teori kedalam jenis kecerdasan, antara lain :
  1. Kecerdasan Linguistik/Bahasa
  2. Kecerdasan Logika Matematika
  3. Kecerdasan Gerak
  4. Kecerdasan Spasial
  5. Kecerdasan Musik
  6. Kecerdasan Intrapersonal
  7. Kecerdasan Interpersonal
  8. Kecerdasan Naturalis
Ada pula yang mengajukan Teori kecerdasan Transedental/Ruhani meskipun dalam praktiknya masih menghadapi perdebatan.
Untuk mengembangkan kecerdasan seorang anak, diperlukan tiga kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan fisik, emosi, dan stimulasi dini.

  1. Kecerdasan Linguistik/Bahasa
Kecerdasan bahasa dapat menunjukkan kecerdasan logika berpikir seorang anak. Jika dia bisa berbahasa/bicara dengan bagus dan lancar, niscaya logika berpikirnya juga akan bagus.
Anak-anak cenderung lebih sering menggunakan kata-kata yang “acak-acakan”. Tapi, Syifa, yang baru berusia 4 tahun, biasa berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan formal. Padahal, keluarganya terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari bercampur dengan bahasa daerah.
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verba sebaiknya anda :
  • Sering mengajak anak bercakap-cakap
  • Sering membacakan cerita/dongeng
  • Sering mengajarkan nyanyian/lagu
Pandai berbahasa bukan hanya berarti menguasai benyak bahasa, melainkan si anak mempunyai kemampuan dalam mengolah bahasa. Hal ini penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu karena hal itu akan mendorog logika berpikir si anak.
Tidak semua anak cerdas dalam berbahasa. Seandainya si anak belum siap menerima multibahasa, Anda jangan memberikan dahulu. Bila guru dan orang tua menjejalkan anak dengan beragam bahasa, hasilnya anak akan mengalami kebingungan berbahasa.
Ingat ! stimulus dari lingkungannya akan mempengaruhi kemampaan otak si anak dan pada akhirnya, akan bermuara pada keterampilan anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Biasanya, kurangnya kemampuan berbahasa pada anak terjadi apabila sejak kecil anak jarang diajak berkomunikasi.
  1. Kecerdasan Logika Matematika
Biasanya, logika matematika dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen, yakni perhitungan secara matematis, berpikir logis, dan pemecahan masalah. Anak dengan kemampuan ini akan senang berkutat dengan rumus-rumus dan pola-pola yang abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analisis dan konseptual.
Ada kaitan antara logika matematika dan kecerdasan linguistik. Pada kecerdasan matematika, anak menganalisis dan menjbaarkan alasan logis, serta kemampuan mengonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Menurut Cardner, ciri anak yang cerdas matematika adalah anak yang suka mengotak-atik benda dan melakukan uji coba.
Di sini, guru dituntut untuk kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika. Sehingga murid menjadi fun dalam mempelajarinya dan tidak menganggap matematika sebagai sesuatu yang menakutkan.
Untuk meningkatkan kecerdasan matematika anak, ciptakan lingkungan matemtika. Tidak harus selalu berkutat dengan rumus-rumus serius, tapi bisa diselipkan dengan kegiatan sehari-hari. Misalnya, dengan menanyakan kepada anak : lebih besar tempat bekal si A atau si B? Atau, lebih berat mana tas si A atau si B? Dengan begitu, secara tidak langsung, kita telah mengajarkan kepada anak tentang konsep panjang dalam meter atau berat dalam gram.
Beberapa cara untuk membantu anak mengembangkan kecerdasan matematika, antara lain :
    • Perbanyak koleksi buku-buku referensi mengenai konsep matematika.
    • Buat permainan seru dengan melibatkan murid-murid dalam lomba-lomba, seperti berhitung dan permainan asyik lainnya.
    • Manfaatkan berbagai benda yang ada di sekitar kita sebagai media pengajaran. Misalnya, saat mengajarkan bangun ruang atau datar dan lingkaran, mintalah anak untuk mengamati pola dari beberapa bendera Negara dari buku-buku, bentuk atap rumah, dan sebagainya.
Selamat mencoba !!!

  1. Kecerdasan Gerak
Kecerdasan gerak merupakan kemampuan seseorang untuk mengekspresikan ide dan perasaan dalam gerakan tubuh. Kecerdasan ini dimiliki orang-orang yang menggunakan koordinasi tubuhnya dan mampu mengontrol gerakan-gerakannya itu, seperti para atlet dan penari.
Anak yang menonjol dalam hal ini sering disebut body smart. Umumnya, anak cerdas gerak memeiliki kematangan motorik, baik motorik kasar, seperti berlari, menangkap, melempar, dan memanjat tebing, maupun motorik halus, seperti menulis, menggunting, dan menempel. Kedua tipe gerakan ini membutuhkan koordinasi visual-motorik, ketepatan keseimbangan, dan kelenturan.
Ada tiga pusat kemampuan kognitif dalam kecerdasan kinestetik/gerak yang merupakan komponen penting dari gerak tubuh, yakni :
    • Logika motorik merupakan kemampuan saraf otot untuk bergerak.
    • Memori kinestetik merupakan kemampuan anak mengatur batas dari gerakan melalui konstruksi otot, gerakan, dan posisi dalam ruang.
    • Kesadaran kinestetik merupakan kemampuan indra gerak anak untuk mengikuti perintah dan petunjuk.
Guru dapat membantu orangtua menemukan dan mengembangkan kecerdasan gerak anak sejak dini. Kecerdasan ini dapat diamati saat anak mulai melakukan gerak bertujuan, misalnya berjalan, melompat, memanjat, atau berlari. Bila anak terlihat mampu melakukan gerakan dengan sangat terampil dibandingkan dengan anak seusianya, berarti ada kemungkinan dia memiliki kelebihan dalam kecerdasan gerak. Melalui aktivitas orahraga atau seni, seperti menyanyi atau menari, anak dapat teramati kemampuan geraknya.
Kecerdasan gerak tidak sekedar melibatkan gerakan saja, tapi juga melibatkan kemampuan berpikir. Misalnya, meniru gerakan tarian atau menendang bola ke arah gawang. Pada usia 3 tahun, biasanya anak mulai menunjukkan ciri-ciri keunggulan dalam kecerdasan kinestetik. Kesiapan motoriknya sudah berkembang mendekati sempurna.
Sejalan dengan kesiapan fisiknya, anak juga mulai berkembang dalam kemampuan berpikirnya. Anak mulai mampu meniru dan menghafal gerakan sehingga ketika si anak diminta mengulang kembali gerakan tertentu, dia mampu melakukannya dengan baik.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi anak yang tergolong cerdas gerak, antara lain :
  • Menyediakan ruang yang cukup luas agar anak bisa menyentuh apa pun yang mereka lihat. Ajak anak ke tempat-tempat yang memicu eksplorasinya dalam menyentuh.
  • Memberikan anak ruang yang cukup untuk bergerak sehingga anak cerdas gerak belajar berinteraksi dengan ruang di sekitarnya.
  • Minta anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang berorientasi pada gerakan, seperti pementasan drama dan menari dalam kegiatn sekolah, senam, balet, dan olahraga. Beberapa aktivitas menawarkan anak belajar melalui interaksi spasial dan gerakan tubuh yang bermanfaat untuk membangun kepercayaan dirinya.
  • Melakukan beberapa kegiatan yang menunjang kemampuan gerak motorik anak, seperti memasukkan manik-manik ke benang, menggunting kertas, dan kegiatan kerajinan tangan lainnya.
  • Bermain petak umpet, kucing-kucingan, lompat tali, dan sebagainya.
Banyak orangtua yang kemudian mengarahkan anaknya untuk mengikuti les-les yang bisa mengembangkan kecerdasan gerak anaknya, seperti les menari, renang, dan sebagainya. Sayang, anak sering cepat bosan dengan aktivitasnya. Di sinilah guru dan orangtua dituntut untuk jeli memilih kegiatan yang tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan geraknya, tetapi juga harus bisa mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lainnya.

PERHATIAN !!!
Hindari label bahwa anak yang cerdas gerak, biasanya rendah dalam prestasi akademis.

  1. Kecerdasan Spasial
Kita sering berdecak kagum menyaksikan gedung-gedung pencakar langit yang ada di kota-kota besar. Semua bangunan itu, tentu sudah dirancang dengan apik oleh para arsitek yang andal. Para arsitek dan seniman, seperti Leonardo da Vinci dan legenda pelukis Indonesia, Affandi, atau Walt Disney yang melegenda dengan tokoh-tokoh kartun rekaannya, seperti Mickey Mouse dan Donald Duck adalah contoh dari orang-orang yang memiliki kecerdasan spasial-visual.
Kecerdasan ini melibatkan imajinasi aktif yang membuat seseorang mampu mempersepsikan warna, garis dan luas, serta menetapkan arah dengan tepat.
Kecerdasan spasial umumnya dimiliki para pelukis, pemahat, arsitek, dan pilot. Anak dengan kecerdasan spasial-visual adalah pengamat dunia. Mereka peka terhadap tanda-tanda alam dan mengamatinya secara menyeluruh. Anak dengan tipe kecerdasan seperti ini, biasanya menyukai pelajaran yang dikemas dalam metode diagram, grafik table, dan mind mapping.
Lalu, bagaimana cara Anda mengembangkan kecerdasan spasial-visual anak?
          1. Kenalkan arah.
Saat anak memasuki usia 2 tahun, Anda sudah bisa mengajarkannya mengenal arah dengan mulai membedakan tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri. Jika anak sudah paham, saat jalan pulang ke rumah tanyakan, “Jalan pulang belok kanan atau belok kiri, ya?”
          1. Bermain puzzle dan balok.
Sebaiknya, jumlah puzzle disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Saat anak berusia 3 tahun, cobalah lima keeping puzzle dulu. Semakin usia bertambah, jumlah puzzle pun bertambah. Begitu pun dengan bermain balok, semakin anak bertambah usianya, lebih tinggi pula tingkat kesulitannya.
          1. Belajar bentuk.
Saat Anda membaca buku bersama anak didik, mintalah dia memerhatikan bentuk-bentuk rumah, bola, atau benda yang ada dalam buku. Sebutkan konsep garis, seperti melengkung, lurus, zig-zag, bulat, persegi, atau kerucut. Deskripsikan suatu bentuk secara verbal, lalu mintalah anak menggambarkannya.
Kemudian, ajaklah anak berlatih membentuk berbagai gambar dari sebuah garis atau lengkung. Hal ini bertujuan untuk melatih anak dalam menerjemahkan suatu bentuk ke dalam pikirannya menjadi gambar dua dimensi. Kegiatan mewarnai ini dapat melatih anak mengenal batasan posisi warna merah atau kuning supaya tidak melewati garis.
Sekali-kali, tanyakan kepada anak didik, “Dari sebiah garis lengkung atau titik, bisa menjadi gambar apa, ya?”. Jika jawabannya lebih dari tiga, bisa jadi, anak didik Anda memiliki daya imajinasi bentuk dan ruang yang meyakinkan.
          1. Belajar mengamati.
Saat melihat suatu gambar, ajaklah anak melihat detail-detailnya. Kemudian, tanyakan kembali detail itu, misalnya, “Jendelanya berbentuk apa?” atau “Ceritakan apa saja sih, yang ada di rumah tadi?”.
Selain itu, untuk merangsang kecerdsan spasial anak didik Anda, cobalah Anda juga bisa merancang permainan berburu harta karun dengan menggunakan peta sederhana. Anak dengan kecerdasan spasial, biasanya lebih mudah memahami peta. Sekarang ini, banyak permainan “mencari jalan” yang ada dalam majalah-majalah untuk anak TK disertai dengan cerita dan gambar yang menarik. Insya Allah, anak-anak tidak akan bosan dibuatnya.

  1. Kecerdasan Musik
Musik adalah bahasa universal atau musik adalah ekspresi diri. Ia merupakan pernyataan untuk melukiskan betapa musik mewarnai kehidupan manusia dan dapat diterima dibelahan manapun didunia. Meskipun dapat dikatakan bahwa semua orang suka musik, ternyata tidak banyak orang memahami dan memiliki kecerdasan musik. Tipe kecerdasan ini berkembang sangat baik pada musisi, penyanyi, dan komposer.
Kecerdasan bermusik mencakup kepekaan atau penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola, ritme, tempo, instrumen, dan ekspresi musik sehingga seseorang mampu menyanyikan lagu, memainkan musik, dan menikmati musik. Imitasi dan eksplorasi terhadap berbagai bunyi, gambar, dan gerakan, selayaknya menjadi bagian dari pengalaman anak sehari-hari.
Musik tidak hanya berkaitan dengan perkembangan kognitif, tapi juga mampu mengembangkan kecakapan sikap, tingkah laku, dan disiplin anak. Melalui musik, rasa percaya diri anak meningkat, yang kemudian menular ke bidang lainnya, seperti matematika, geografi, ekonomi, dan sebagainya.
Kenali bakat musik anak didik Anda lewat alat-alat musik yang mereka mainkan dan lagu-lagu yang mereka nyanyikan. Pengenaan musik terhadap anak di sekolah bisa dilakukan dengan cara membuat permainan-permainan menciptakan musik, misalnya dengan alat-alat makan (piring, sendok, atau gelas). Hal ini dapat membantunya mempelajari irama, lemah kuatnya nada, dan tinggi rendahnya bunyi.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di sekolah menggali kecerdasan musik anak didik Anda, antara lain :
    • Kenalkan anak lewat berbagai jenis alat musik meskipun hanya lewat gambar.
    • Menyediakan alat-alat musik sederhana, misalnya gitar, drum, piano, tamborin mainan (dari plastik), dan sebagainya.
    • Mengajarkan not balok lewat lagu-lagu sederhana.
    • Untuk melatih kepekaan nada, anak juga dapat diperdengarkan lagu-lagu dengan irama yang berbeda saat dia makan, menggambar, bermain, dan dalam melakukan aktivitas lainnya.
    • Anak-anak cenderung menyukai lagu yang bernada riang. Bernyanyi bisa dikombinasikan dengan kegiatan bermain lainnya, seperti permainan kursi putar.
    • Ajaklah anak untuk menampilkan kebolehan mereka dalam acara-acara sekolah.

  1. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengembangkan potensi, serta mengekspresikan dirinya.
Seorang anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal akan mengetahui kekuatan dan kelemahannya, suasana hatinya, temperamennya, keinginannya, dan motivasinya.
Anak harus belajar mengembangkan kecerdasan personal yang tak lain adalah gabungan dari kecerdasan intrapersonal (self smart/cerdas diri) dan kecerdasan interpersonal (people smart/cerdas sosial). Untuk itu, kepedulian orangtua dan lingkungan sekitarnya terhadap kecerdasan personal, mutlak diperlukan.
Berbeda dengan tipe lainnya, perwujudan tipe kecerdasan ini membutuhkan perpaduan dengan tipe kecerdasan lainnya. Misalnya, perpaduan dengan kecerdasan bahasa akan melahirkan karya sastra yang berisi pemikiran atau filosofi menakjubkan. Anak yang menonjol dalam hal ini sering dsebut self smart. Contohnya, Faiz. Buku-buku kumpulan puisinya yang diterbitkan DAR! Mizan membuat namanya menjadi fenomenal sebagai penyair cilik, disusul Izzati, sepupu Faiz, Chacha, Ghefira, juga penulis-penulis cilik lainnya.
Ketahuilah, konsep diri seorang anak berasal dari pengetahuan yang baik tentang dirinya secara positif, baik itu mengenai mood, temperamen, motivasi, maupun intensinya dalam suatu lingkungan. Tidak cukup sampai di situ, anak juga harus dapat mengutarakan pendapatnya, keinginannya, kebutuhannya, kekecewaannya, kejengkelannya, atau apa pun yang berkecamuk dalam dirinya. Sehingga, dia bisa dipahami dan diterima secara baik oleh lingkungannya. Penerimaan ini akan membuat dirinya menjadi lebih nyaman.

  1. Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan personal merupakan suatu keterampilan sosial yang berkaitan dengan ranah afektif dan emosi, seperti masalah etika, motivasi, moral, dan hati nurani.
Kemampuan personal akan menumbuh suburkan nilai-nilai kebaikan universal pada diri anak. Dia diharapkan berkembang menjadi pribadi yang berwatak dan berbudi pekerti luhur, santun, saling menghormati, dan menghargai sesama.
Kemampuan personal yang berkembang baik dapat mengembangkan pula kecerdasan spiritual anak. Dia akan mengerti bahwa dirinya sebagai manusia, hakikatnya adalah pencitraan dari kekuasaan Tuhan sebagai pencipta alam ini.
Ada beberapa komponen yang bisa diterapkan dalam kegiatan keseharian yang bisa membantu anak mengembangkan kemampuan interpersonalnya, antara lain :
  • Komunikasi.
Sering, anak yang tidak dibiasakan berkomunikasi tidak bisa mengungkapkan keinginannya sehingga dia cenderung menjadi pribadi yang tertutup dan mudah “meledak”. Di sinilah guru diharapkan bisa membantu anak belajar menyampaikan kebutuhan, keinginan, hambatan, harapan, pendapat, dan lainnya, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk komunikasi verbal, caranya dengan sering memancing anak mengungkapkan pendapat mengenai berbagai hal. Sementara kemampuan komunikasi nonverbal bisa digali lewat bahasa tubuh dan ekspresi wajah atau lewat gambar.
  • Hubungan dengan orang lain.
Seorang guru dituntut untuk mampu mengenalkan anak pada etika, nilai, dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakatnya. Kalau di dalamnya ada beragam suku dan mungkin beragam bangsa dengan adat kebiasaan dan tata krama berbeda.
Biasakanlah anak untuk mengucapkan terima kasih kepada orang lain, berbagi makanan dengan teman-temannya, dan bagaimana bersikap kepada sesama, kepada orang yang lebih muda atau orang yang lebih tua. Insya Allah, anak akan tumbuh menjadi anak yang berbudi luhur.
  • Kasih sayang.
Ajarkan anak untuk memiliki rasa kasih sayang pada sesama, seperti pada orangtua, teman, guru, dan orang lain. Misalnya, mengunjungi teman yang sakit atau tidak menggangu teman yang lain adalah contoh kasih sayang terhadap teman yang bisa diajarkan di sekolah.
Begitu pula terhadap makhluk hidup lainnya, seperti tanaman dan binatang piaraan. Misalnya, hewan piaraan harus diberi makan dan minum, serta dibersihkan kandangnya.


1 komentar: