Minggu, 01 Mei 2011

Sirnanya Pesonamu


Sirnanya Pesonamu
Oleh : Zahratunnisa

Di suatu sudut kota terdapatlah sebuah rumah yang tidak terlalu mewah. Di dalamnya, tinggallah seorang janda bersama seorang anaknya. Kehidupan mereka bisa dibilang pas-pasan. Dibagian belakang rumah, tepatnya di ruang makan terdengar sebuah percakapan. “Ibu rasa kamu sudah cukup umur untuk menikah, Ky. Tapi selama ini ibu belum pernah melihat kamu dekat dengan seorang wanita pun.”
“Aku belum terpikir ke situ bu.”
“Terus, kapan kamu mau menikah?”
“Entahlah bu, aku mau fokus ke kuliah dulu. Untuk urusan itu aku serahkan semuanya pada ibu, biarlah ibu yang memilihkan yang terbaik untukku. Bagiku, menikah adalah urusan belakangan dan sekarang aku ingin menyelesaikan kuliahku dengan prestasi-prestasi yang membanggakan. Hingga aku bisa mendapatkan pekerjaan tetap dan layak dengan ijazah yang aku dapatkan.”

“Ya sudahlah, ibu terserah kamu saja. Yang pasti ibu ingin melihat kamu bahagia bersama pendamping hidupmu.”Bias cahaya bulan yang begitu terang seakan menambah hangatnya perbincangan mereka.

Di atas kasur ia membaringkan tubuhnya sambil memikirkan perkataan ibunya tadi. Ibunya tidak tahu, bahwa ia sudah dekat dengan seorang perempuan yang sangat cantik dan merupakan bintang di kampusnya. Beberapa jam kemudian ia pun tertidur dengan lelapnya.

Cahaya matahari sudah mulai menembus kaca jendela kamar Rizky. Ia pun terbangun di tengah embun pagi, menyambut hari secerah matahari.

Di kampus Rizky terkenal sebagai seorang mahasiswa yang cerdas dan religius. Di sudut kantin, terlihat Rizky sedang berbincang-bincang dengan seorang temannya.
“Aku sangat senang kuliah di kampus ini, Zan.”
“Oh ya, kenapa?? tanya Fauzan. Emm ……., aku tahu, karena di sini kamu menemukan cintamu, betul kan …..???”
Dengan tersenyum malu Rizky menjawab, “tepat sekali katamu Zan. Di sini aku bertemu dengan seorang perempuan yang sangat cantik, berambut panjang, hidungnya mancung, cerdas, dan di mataku ia sangat sempurna bak bidadari surga yang sedang berkeliaran di bumi. Aku beruntung bisa mendapatkan cintanya.”
“Tapi, ngomong-ngomong kapan kalian akan mengakhiri kisah cinta itu dalam ikatan suci?” sela Fauzan di tengah pujian-pujian yang terlontar dari mulut Rizky untuk pujaan hatinya, Chaca. “Aku belum tahu, yang pasti aku jalani dululah apa yang ada.”

Tiba-tiba Rizky terkejut ketika mendengar suar seorang wanita dari arah belakang dan memanggil namanya. Risky sangat mengenal suara itu, yang tidak lain adalah Chaca. Chaca pun langsung duduk di dekatnya. Fauzan yang sedari tadi memerhatikan mereka menjadi tidak enak, ia pun pergi meninggalkan mereka berdua.

Chaca memulai pembicaraannya dengan mengajak Rizky ke rumahnya sore ini karena orangtuanya ingin mengenal lebih jauh dengannya. Selama ini orangtuanya hanya mengetahui tentang Rizky dari cerita Chaca saja. Dan kali ini, mereka ingin melihat Rizky.

Risky adalah anak yang baik, dan tidak merepotkan ibunya. Ia kuliah dengan beasiswa yang selalu ia dapatkan. Sejak umur dua bulan sampai dengan sekarang ia tak pernah merasakan hangatnya kasih sayang seorang ayah. Ayahnya hilang tanpa meninggalkan jejak, pergi entah kemana. Itulah orangtua Chaca tahu darinya. Tapi ada yang aneh, ayahnya tidak merespon dengan baik hubungan mereka. Entah mengapa, Chaca pun tak tahu. Dengan tiba-tiba saja ayahnya mengajak Rizky ke rumahnya. Itulah yang membuat Chaca heran. Tapi, hati kecil Chaca sangatlah senang. Mungkin ini adalah awal yang baik untuk hubungan mereka ke depan.

Ternyata, perkiraan Chaca salah besar. Ketika sore itu Rizky datang ke rumahnya dan berbincang-bincang dengan ayahnya. Tiba-tiba dari arah ruang tamu terdengar bentakan dan cacian. Chaca tak berani keluar dan ia hanya mengintip dari pintu kamarnya. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, ayahnya menampar Rizky dengan kerasnya. Tak terasa, air mata Chaca menetes dengan derasnya. Hatinya bingung, penuh Tanya, apakah yang terjadi, hingga ayahnya melakukan hal itu. Hatinya galau, pikirannya kacau.

“Pergi kamu dari sini!! Dan jangan pernah ke rumah lagi. Dan juga putuskan hubunganmu dengan Chaca. Kamu tahu kan siapa Chaca … ?? Dia itu anak saya, anak seorang bangsawan yang sangat terkenaldan disegani. Apa kata orang nanti, jika saya mempunyai menantu seperti kamu. Kamu itu hanya anak seorang janda, ayahnu tidak jelas, mau kamu kasih makan apa anak saya nanti? Sadar diri dikit dong, kamu tidak sederajat dengan kami.”

Dengan terisak-isak Rizky menangis, hatinya hancur seperti kapal pecah, harapan untuk memiliki Chaca pun musnah. Ia keluar dari rumah Chaca, ketika sampai di halaman rumah, ia melihat seberkas mentari redup dengan meneteskan air mata kesedihan dari teras atas rumah. Keduanya melambaikan tangan, ia pun bergegas pulang ke rumahnya dengan air mata yang terus menetes tanpa henti.

Sesampainya di rumah, ia melihat ada dua orang wanita yang cantik sedang berbincang-bincang dengan ibunya. Ibunya pun memperkenalkan Rizky pada dua orang wanita tersebut. Ibunya memberitahukan pada Rizky bahwa tamu itu adalah temannya dan yang masih sangat muda adalah anaknya, yang akan ia jodohkan dengan Rizky. Dan rencana pernikahan pun sudah diatur oleh kedua belah pihak orang tua mereka.

Rizky sangat terkejut mendengar perkataan ibunya. Hatinya sedih, meskipun harapan untuk memiliki Chaca sudah buram, tapi rasa sayang dan cintanya masih ada bahkan tak berubah. Cintanya masih sama seperti dulu. Tapi, apa boleh buat. Ia tak mau mengecewakan ibunya, baginya pilihan ibunya adalah yang terbaik untuknya. Akhirnya ia menerima perjodohan itu dengan hati terpaksa.

Seminggu setelah pernikahan, mereka mengontrak rumah yang cukup dekat dengan kampus Rizky. Istrinya sangat sayang dan bahagia hidup bersamanya. Tapi rasa itu sangat berlawanan dengan Rizky. Ia merasa pernikahan ini adalah siksaan batin baginya. Kalau dilihat dari raut mukanya memang bahagia tapi sesungguhnya hatinya sangatlah sedih karena ia tak mampu menghilangkan rasa cintanya pada Chaca yang seharusnya rasa itu ia berikan pada istrinya sepenuhnya. Ia berlaku layaknya sebagai seorang suami yang baik hanyalah sebatas untuk tidak mengecewakan pilihan ibunya bukan karena ia sayang pada istrinya. Ia sangat pandai menyimpan perasaannya, hingga istrinya tak pernah tau apa yang ia rasakan sebenarnya.

Setahun kemudian, ia lulus kuliah dengan gelar S1. Ia mendapatkan beasiswa lagi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia sangat bahagia, tapi tidak ada yang tahu bahwa di balik kebahagiaan tersebut masih tersimpan kesedihan yang mendalam. Ia masih tak bisa melupakan Chaca, meskipun telah mencobanya berkali-kali, tetap tak bisa. Wajah Chaca begitu terlihat jelas di matanya, aura kecantikannya masih membayangi pikirannya. Ia pun berniat akan melanjutkan ke S2 di kota yang cukup jauh dari rumahnya. Ia ingin fokus terhadap kuliahnya, mungkin dengan cara itu bisa sedikit membantunya dalam proses melupakan Chaca. Ia meminta ijin pada istrinya dan istrinya pun mengijinkan walau dengan berat hati karena ia pada saat itu sedang hamil tua. Usia kandungannya sekitar tujuh bulan lebih. Istrinya disuruh tinggal bersama ibunya agar jika ada keperluan mendadak ibunya bisa segera membantu.

Ia sangat berkonsentrasi pada kuliahnya. Ia masih tak bisa menghilangkan rasa cintanya pada gadis pujaannya, Chaca. Ia hampir tak pernah memikirkan istrinya. Dua bulan kemudian, ia teringat akan istrinya yang sedang hamil dan mungkin kini ia sudah melahirkan. “Anak aku laki-laki atau perempuan yaaa …. ? Kalau perempuan pasti cantik seperti bidadari-bidadari surga dan kalau laki-laki pasti ganteng dan baik hati seperti ayahnya. Andai saja yang jadi istriku adalah Chaca, aku pasti akan sangat bahagia dan jika hidup bersama selamanya dalam membesarkan dan membimbing anak kita.” katanya dalam hati. Tiba-tiba, hasrat untuk melihat anaknya pun muncul. Setelah pulang kuliah, ia mempersiapkan segala keperluan selama perjalanan karena besok ia akan pulang ke kota tempat ia tinggal dulu. Setelah sampai tempat yang pertama kali ia datangi adalah rumah kontrakannya yang pernah ia huni bersama istrinya. Di dalam rumah, tepatnya di atas sebuah lemari ia menemukan sebuah surat berwarna pink dan kemudian dibacanya.

Aku diam bukan berarti aku tak tahu
Hati seorang istri takkan bisa dikelabui
Meskipun dengan raut muka secerah matahari
Kau adalah matahariku
Selalu memberikan kehangatan dalam beku hatiku
Walau dengan keterpaksaan jiwamu
Kemarin kau raih aku dengan nestapa cinta
Sejak denganmu aku bisa menikmati tawaku lagi
Aura cinta yang sempat hilang dalam jiwaku ini
Terpancar kembali
Dan itu tertuju pada dirimu
Salahkah aku ??
Kau racuni aku dengan segala kepolosanmu
Tapi apa boleh buat
Kau yang memulai, aku pun juga ikut bersandiwara
Salahkah jika kucoba ikut berperan …. ???
Tak sopankah jika kukatakan sebuah kejujuran ??
Hingga aku terlena di panggungmu
Aku memang egois
Drama yang kumainkan tak ingin terkatung-katung
Aku ingin menyelesaikan kisah denganmu
Berdialog hati layaknya Qais dan Laila
Karena satu alasan
Kau telah mencuri sebaik naskahku
Hingga hanya denganmu saja ku jadi tokoh yang sempurna
Kau jahat !! Kau pencuri !!
Tapi aku terlanjur menjatuhkan hati

Yang Selalu Mencintaimu


Istrimu

Risky menangis dengan kerasnya sambil memeluk surat itu. Ia menyesali perbuatannya selama ini. Seketika itu juga pesona kecantikan Chaca hilang dalam sekejap. Dan kini yang ia cintai hanyalah istrinya seorang. Kemudian ia pergi menuju rumah ibunya.
Di sana ia melihat banyak orang yang keluar dari rumahnya dengan pakaian serba hitam. Ia pun heran, apa yang terjadi di dalam. Ia langsung masuk dan menemui ibunya sambil bertanya, “Apa yang terjadi, Bu? Di mana istriku dan anakku? Tolong jawab pertanyaanku, Bu !!!” sambil menangis ibunya menjawab, “maafkan ibu anakku, ibu tak mampu menjaga istrimu dengan baik. Seminggu yang lalu istrimu meninggal saat ia melahirkan dan juga anakmu. Dan tadi baru saja diadakan acara tahlilan. Dengan berderai air mata, ia tak mampu membendung kesedihan yang mengguncang jiwanya. Hatinya pun berkata :

Oh Tuhan, mengapa Kau ciptakan rasa cinta ini saat ia tiada ??
Sungguh ku tak mampu menghadapi semua ini
Mungkin inilah takdir-Mu atas diriku
Dan sungguh aku tak mampu membelokkan jalan suratanmu
Ke tempat yang aku inginkan
Jika boleh aku meminta
Ku ingin menyusul mereka
Menemui anak dan istriku di surga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar