Kamis, 01 Maret 2012

KENAKALAN REMAJA DAN PENANGGULANGANNYA



I.       Pengertian.
          Pada era globalisasi saat ini, fenomina dan istilah kenakalan remaja sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Lebih-lebih liputan berita yang bersangkutan tentang “kenakalan remaja” sudah membanjiri ke berbagai media baik cetak maupun elektronik. Lalu apakah pengertian dari pada kenakalan remaja itu sendiri? Menurut hemat penulis, kenakalan remaja adalah suatu sikap atau perilaku seorang remaja yang bertentangan dengan norma-norma agama, undang-undang negara, dan etika dalam bersosial kemasyarakatan. Sedangkan bentuk dari kenakalan itu sendiri sangatlah beragam, yang diantaranya: mabuk, judi, mengkonsumsi narkoba, seks bebas, premanisme, pembunuhan dan lain halnya dan lain sebagainya. Tentu hal semacam itu tidak lagi hanya akan merugikan diri pelakunya, akan tetapi juga dapat menjadi momok masyarakat yang mengancam dalam menjaga kesetabilan dalam kehidupan bermasyarakat, beragama dan bernegara. Adapun bentuk-bentuk dari pada ekpresi kenakalan yang terjadi di kalangan kaum remaja tidaklah datang begitu saja, melainkan karena beberapa faktor penunjang untuk terjadinya semua itu. Sehingga perlu sekali untuk kita mengerti sebelum prosesi penanggulangan. Sebab dalam pepatah mengatakan preventive is better than cure dalam artian menjaga agar tidak terjadinya sesuatu itu jauh lebih baik dari pada mengobatinya atau menaggulanginya. Sehingga bentuk-bentuk kenakalan tersebut tidak akan terjadi, dan kalaupun terjadi dapat kita minimalisir.

II. Penyebab.
          Ada aksi ada reaksi, tentunya hukum tersebut bukan hanya berlaku dalam teori kimia saja, akan tetapi dapat pula berlaku dalam berbagai hal. Begitupun seseorang melakukan sesuatu yang sekiranya dapat kita klasifikasikan sebagai perilaku diatas, hal itu karena adanya penyebab-penyebab tersendiri yang diantaranya adalah:
          • Pergaulan bebas, kita selain diciptakan sebagai makhluk spritual, namun kita juga adalah makhluk sosial yang perlu sekali untuk dapat berinteraksi terhadap sesama. Dalam hal ini kita mengenalnya dengan istilah hablun minannas atau hubungan horizontal. Bahkan dalam agama Islam sendiri sangat mengakui akan hal itu, bahwasanya manusia itu tercipta terdiri dari beragam bangsa dan suku agar dapat saling mengenal. Dengan demikian agama telah membuka jalan lebar dalam perihal pergaulan, akan tetapi disana terdapat rambu-rambu yang sekiranya sangat significant untuk di patuhi yang diantaranya adalah memilih seorang kawan. Memilih seorang kawan itu sama artinya memilih masa depan. Kalo kita salah dalam memilihnya tentunya akan sangat berpengaruh kepada nasib dari pada masa depan kita. Dalam hal ini, terdapat sebuah syair yang mengatakan:
Jikalau dirimu berada di suatu kaum, hendaknya kamu memilih teman yang baik
Dan janganlah sesekali kamu memilih teman yang buruk, karena kamupun akan turut menjadi buruk.
           Mencermati kandungan syair di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa seorang kawan dapat turut mewarnai dalam kita berfikir, berperilaku, berkeyakinan, bahkan dalam menentukan masa depan kita. Sebagai contoh kecilnya, terdapat sebutir telur elang yang di engramkan bersama dengan butiran-butiran telur ayam, pada saat telur-telur tersebut menetas dan berhasil di besarkan oleh induk ayam. Pada suatu hari mereka melihat seekor burung elang sedang terbang bebas di awan dengan gagahnya. Seketika anak elang bersua: “Aduhai sekiranya diriku dapat terbang laksana burung elang itu” belum sempat ia jauh dalam berhayal, anak ayam berkata kepadanya: “jangan bermimpi kamu, kodrat kita sudah seperti ini”. Seketika anak elang tersebut membuang jauh-jauh hayalan-hayalan tersebut, sehingga ia terlahir sebagai elang namun di besarkan dan mati sebagai seekor ayam.
          • Ghozul fikr (Serangan pemikiran), sejarah telah mencatat bahwa islam pernah gilang gemilang dan mendominasi berbagai bidang di belahan dunia ini, baik dalam bidang militer, politik, ekonomi, peradaban, dan bahkan sains. Namun hal itu kini tinggallah sebatas kenangan, setelahnya perang salib dan tumbangnya dinasti Ustmani atau daulah Ustmaniyah. Negara-negara Eropa mampu menjungkir balikkan umat islam menjadi umat yang penuh ketergantungan kepada mereka. Kekuatan orang-orang islam nyaris tidak membekas sama sekali, sebab mereka menjajah islam dengan secara halus baik secara langsung maupun tidak langsung. Umat islam di jajah dengan mediasi pemikiran, kebudayaan, dan mentalitas dengan berbagai macam cara, yang diantaranya lewat film, musik, gambar-gambar yang dari semua itu sangat menonjolkan akan kebebasan, sensualitas, modernitas, seks bebas, pornografi maupun porno aksi. Dengan cara demikian, umat islam terutama generasi mudanya mengalami kebobrokan moral dan kecacatan mental. Sehingga yang semulanya sebatas tontonan berubah menjadi tuntunan. Sehingga patutlah kita mengakui akan kebenaran syair yang mengatakan:
Sesungguhnya suatu umat akan tetap jaya, apabila akhlak masih di indahkan
Namun jikalau akhlak telah henyah, maka akan lenyaplah pula mereka
          • Minimnya pendidikan, Sumber Daya Manusia atau SDM sangatlah berperan penting dalam membangun karakter seseorang.. Kita patut mengakui bahwa kita menjadi umat yang “terbelakang” dalam hal pendidikan di bandingkan dengan negara-negara maju. Kini istilah globalisasi telah menjadi isu central, yang berarti menyiratkan sebuah peryataan apa dan bagaimana yang harus kita sikapi? Jawabannya adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM). Dengan demikian dengan kesiapan SDM, seseorang akan degan mudahnya untuk dapat menguasai dirinya, menguasai keadaan, dan menguasai tentang apa saja yang ia butuhkan. Sehingga dengan sendirinya tindakan-tindakan yang mengacu kepada kenakalan remaja dan kriminalitas akan sirna daripadanya, di sebabkan oleh karakter positif yang sudah tertanam dalam dirinya, dan juga karena ia terbiasa untuk positive thinking.

III. Pengaruh.
           Secara garis besarnya, kenakalan remaja sangat berdampak buruk bagi pelakunya terutama kepada jasmani, mental, kehidupan sosial, pekerjaan, beberapa penyakit yang diantaranya: HIV atau AIDS, hepatitis, radang jantung disamping itu dapat pula berakibat tidak harmonisnya hubungan dengan keluarga, masyarakat sekitar, di berhentikan dari tempat kerja,di keluarkan dari sekolah, memicu kepada perbuatan-perbuatan ilegal, kriminalitas dan bahkan hingga pada kematian.

IV. Penanggulangan.
          Runtuhnya moral umat ialah dikarenakan gagapnya umat dalam mengamalkan patokan-patokan pokok bermasyarakat dan juga umat hanya berpijak kepada kulit peradaban bukan pada isinya, sehingga timbullah meniru-niru dan mengadopsi peradaban ala barat. Dengan demikian yang di tiru bukanlah ilmu pengetahuan dan dalam segi positifnya, akan tetapi kepada hal-hal yang seronok dan bertentangan dengan fitroh sebagai manusia. Tentu saja dalam menanggulaginya sangat dibutuhkan kerjasama dari berbagai kalangan terutama pada sektor “pendidikan”. Sebelum melaksanakan pendidikan pencegahan, terlebih dahulu harus di pahami tentang konsep dasar pendidikan yang beranjak dari apa sebenarnya mendidik itu. Mendidik ialah membimbing anak supaya menjadi dewasa baik secara jasmani, sosial, psikologis, kritis, objektif, logis, sistematis dan kehidupan emosional yang stabil. Dengan tercapainya tujuan dari pendidikan maka akan terwujud keselarasan dan keseimbangan sehingga mampu menghadapi berbagai jenis persoalan hidup bukan lagi kepada frustasi, stres, maupun kebrutalan.
          Peran lembaga kepesantrenan dalam hal ini peran kyai atau ustadz maupun ustadzah sangat di perlukan guna membantu dalam menanamkan akhlak, tawadhuk, dan sopan santun. Disamping itu pula juga di perlukan kerjasama dari fihak aparat, dalam hal ini fihak kepolisian, sebab terjadinya suatu tindakan yang kurang normatif alasan paling prinsip karena adanya niat pelaku dan juga dikarenakan adanya kesempatan. Dengan demikian, fungsi para ustadz maupun ustadzah adalah membantu membimbing dalam meluruskan niat seseorang, sedangkan fungsi aparat meminize kesempatan seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan yang asusila.
          Sebagai kesimpulan bahwa maraknya kenakalan remaja yang terjadi bukanlah salah mereka seutuhnya, akan tetapi sebagian dari penyebabnya dikarenakan kurangnya pendidikan, keteladanan, perhatian dari keluarganya, lingkungan masyarakat sekitar, sahabat, atau bahkan negara. Oleh sebab itu merupakan tanggung jawab kita bersama untuk memikul tanggung jawab tersebut, sehingga kita termasuk golongan khoira ummatin ukhrijat linnasi, ta’muruuna bil ma’rufi watanhauna ‘anil mungkari.